Kamis, 07 November 2013

Cine Us : Menggemaskan!

Koleksi pribadi

Judul Buku : Cine Us

Penulis : Evi Sri Rezeki

ISBN : 978-602-7816-56-5

Penerbit : teen@noura

Editor : Novia Fajriani

Desain Cover : Fahmi Ilmansyah

Tebal : 304 hlm




Blurb :

Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film, kan!

Untung ada satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, loh... tapi dia memang punya tempat persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di festival.

Kisah Lena ini seperti film komedi-romantis yang seri. Jadi selamat nonton, eh, baca!


*****

Ketika menggapai impian tak semudah mengupas bawang, eh membalikkan tangan. Lena, Dion dan Dania merupakan tiga sahabat yang memiliki impian untuk membesarkan Klub Film. Dalam perjalanannya, Klub Film tersebut tidak disambut dengan antusias oleh teman-teman sekolahnya, bahkan usaha untuk promosi Klub Film yaitu nonton bareng, hasilnya sangat menyedihkan , pamflet yang dibagikan, malah dibuat coret-coretan hitungan matematika. Majalah sekolah yang seharusnya sebagai wadah informasi untuk siswa, terkesan menjatuhkan Klub film yaitu menuliskan "KLUB FILM-KLUB PEMBUAT FILM PICISAN". Nyesek pasti.

Jangan salah, itu bukan satu-satunya "derita" Klub Film yang akhirnya anggotanya bertambah dengan hadirnya Romi, Balia, Aya, Zaky. Melainkan masih banyak duri-duri yang bisa dikatakan merupakan suatu tantangan yang dihadapi oleh Klub Film.Adit, merupakan sumber masalah yang memang diciptakan untuk menjegal Klub Film agar pecah berantakan, diawali dengan taruhan denagn Lena –mantan pacar – siapa yang kalah di Festival Film Remaja untuk kategori Skenario terbaik dan film pendek terbaik, akan mencuci kaki si pemenang dan menjadi tukang gulung kabel selama setahun. Well ,tantangan itu diterima oleh Lena, demi sebuah harga diri. 

Layaknya tuxedo bertopeng seperti di Sailormoon, muncul sesosok pria misterius yaitu Rizki yang memang membawa angin segar di kehidupan Lena, pada tepatnya angin segar saat permasalahan yang dialami Klub Film semakin kompleks. Tetapi si pangeran kodok – Rizki – apakah mampu menyelamatkan Klub Film? Pada saat genting pun, salah satu anggota dari Klub Film berkhianat dan menyabotase basecamp Klub Film dengan dalih mendapat ijin untuk “merebut” Klub Film dari Wakasek. 

Kedekatan Lena dengan Rizki – meskipun Rizki selalu datang tiba-tiba – tak dipungkiri Lena menaruh hati kepada Rizki meskipun enggan diucapkannya, hanya karena Rizki satu dunia dengan Lena, apalagi kalau bukan karena sama-sama mencintai dunia film. Lena takut hubungannya akan kandas, sama seperti hubungan terdahulu dengan Adit. 

Permasalahan apapun jika dihadapi bersama akan dapat teruraikan, dan terpecahkan. Konflik yang memang berasal dari satu nama, tetapi memiliki dampak yang besar bagi Klub Film. Satu nama tersebut dapat memecah persahabatan Dion dengan kedua sahabatnya yaitu Lena dan Dania. Membuat krisis kepercayaan diantara mereka telah menipis. 

Festival Film Remaja sebagai penentuan antara Kelangsungan hidup Klub Film dan juga antara selamat atau tidaknya harga diri Lena. Sebuah pengorbanan tak akan sia-sia, apa yang diraih sesuai dengan kerja keras semua anggota. Klub Film mendapatkan apa yang telah mereka raih, tetapi mengapa sekarang Dania, Rizki dan Ryan malah membenci Lena. Kemenangan berada di pihak Klub Film, tetapi Lena mendapat tuduhan yang menyakitkan dari orang yang dicintainya. 


***** 

Cine Us (baca : sineas) merupakan novel remaja tentang film, lebih tepatnya klub film yang pertama kali saya baca, jadi sekaligus menambah informasi tentang bagaimana film itu dibuat. Tentu saja masih seputar tentang persahabatan dan intrik cinta. Mari kita bahas tentang bentuk fisik terlebih dahulu dari novel Cine Us. Sampul novel yang beda menurut saya. Karena sampul dapat dibuka ke atas dan menampilkan “scene” yang beda. Namun, menurut saya sampul ini menggangu kenyamanan saat membaca. Apalagi masih halaman awal, masih sedikit-sedkitnya halaman yang habis saya baca. Sampul menjadi lebih tebal dan harus ditekuk lebih dalam saat membaca, agar nayaman membaca satu halaman dari ujung ke ujung. 

Sedikit terganggu juga ketika membaca pada halaman 4 :

Aku meliriknya tajam hingga Balia misuh-misuh, bibirnya yang basah oleh lipgloss sampai monyong-monyong. 

Jika memang Cine Us mengambil setting kota Bandung, agak kurang tepat jika menggunakan kata “misuh” karena terkesan lebih Jawa. Kata mengumpat lebih tepat untuk menggantikan kata misuh. 

Chapter 1 terasa datar, berkisar tentang apa itu web series, penjabaran tentang film. Rasanya ingin loncat di chapter selanjutnya, karena ingin langsung merasakan emosi di konflik. Eh, ternyata di chapter berikutnya masih berkesinambungan dengan chapter 1, karena si pangeran kodok pembuat webseries favorit Lena adalah Rizki. Ya, perlu bersabar untuk "menghabiskan" chapter 1, berkisar 31 halaman.

Di novel Cine Us memang terasa sensasi humornya, berikut yang membuat saya senyum-senyum sendiri : 

Ketika Dion mengecek invitation FB, siapa saja yang join buat nonton bareng besok, 

Mata Dion berputar-putar seperti berusaha mengingat dengan keras “Hmmm.. aku, Lena, Dania, Aya, Balia, Erika, Romi, Median, Sopian, dan Zaky .” – halaman 21.
“Itu sih anggota Klub Film semua!” Aku dan Dania berkata berbarengan. – halaman 22. 


Adanya konflik Lena dengan Pak Kandar, lucu! kayak lihat Tom and Jery :

"Loh, Bapak, kok, begitu? Saya, kan enggak kesiangan Bapak lupa, ya?" - halaman 52.
"Kamu memang enggak terlambat masuk gerbang tapi terlambat masuk kelas!" - halaman 52.
Yang terakhir yang membuat saya senyum-senyum sendiri yaitu adanya tokoh Eva dan Evi di dalam novel ini, berasa ada penulisnya bermain di Cine Us, meskipun porsinya sedikit, bisa lah ya dibilang narsis. Bisa dicontoh, kalau nanti nulis novel.

Dari chapter ke chapter berikutnya menyajihkan berbagai konflik, yang saya tangkap sih konflik utamanya adalah tantangan Adit ke Lena, siapa yang kalah dalam  skenario terbaik dan film pendek terbaik, akan mencuci kaki si pemenang dan menjadi tukang gulung kabel selama setahun. Kemudian konflik tersebut bercabang, seperti : Masuklah konflik dengan Romi yang menyabotase basecamp, menyabotase pemain dan ide cerita, hingga memanfaatkan Dion, sehingga pertemanan Dion, Lena dan Dania menjadi retak. Adit, si pembuat bencana kurang terekspos "kejahatannya", meskipun di akhir cerita diungkapkan Jika Romi adalah kaki tangan Adit. Muncul lagi konflik yaitu Rizki, Dania dan Ryan menuduh Lena menukar skenario Rizki agar menjadi pemenang. Saya suka jika di ending masih saja ada konflik, membuat rasa penasaran semakin bertambah. Tetapi, penyelesaiannya kurang nendang. Lihat saja ketika Dania tampak emosi dan menuduh Lena menukar skenario Rizki.

"Ini bukan Lena yang aku kenal! Kemana perginya Lena, sahabatku?! Kamu.. kamu enggak ada bedanya sama Romi!" kali ini Dania mencercaku. - halaman 229.

Dan ternyata penyelesaian dari konflik tersebut adalah Dania sendirilah yang salah memasukkan naskah skenario Lena ke dalam amplop milik Rizki.

"Lena, sekarang aku ingat! Kayaknya aku yang salah memasukkan skenario kalian di amplop co..kelat..," ucapan Dania terhenti ketika melihat tanganku yang menggenggam potret Dion. - halaman 259.
Penyelesaian konfliknya kurang greget, jadi gemas sendiri. Seakan Dania itu kurang fokus, dan ngga bijak. Padahal menurut saya, penggambaran tokoh Dania itu lebih sabar dan bijak dibandingan tema-temannya. Jadi kalau Dania menjadi sumber kesalahan karena "hanya" amplopnya tertukar, kurang mencerminkan tokoh Dania yang bijak. Malah saaya pikir yang menukar amplop Lena dengan Rizki itu adalah Rizkinya sendiri, karena sedemikian cintanya dengan Lena dan nggak mau Lena mencuci kakai Adit. Ternyata eksekusinya beda dengan harapan saya.

Pengkarakteran di novel Cine Us, kurang detail di tokoh perempuannya, yaitu Lena dan Dania. Hampir sama, yang membedakan hanyalah Dania lebih sabar daripada Lena. Padahal Dania juga meletup-letup ketika ada pertengkaran Romi dengan Rizki yang akhirnya Romi hengkang dari Klub Film.

"Aku pikir kamu berlebihan, Len! Kejadian ini karena ulah sok Rizki sama Ryan. Siapa, sih, yang suka digituin? Atau, kamu nerima saja dihina sama mereka?" potong Dania - halaman 108.

Kurang ada detail yang membedakan antara Lena dan Dania.

Lain halnya pengkarakteran Adit, Rizki, Dion, Ryan dan Romi. sudah bisa aku bayangkan dengan detail, dan Rizki membuat saya jatuh cinta. Cewek mana sih yang nggak suka dengan sisi misterius Rizki. Sisi misterius Rizki memang misterius ditambah lagi sisi romantis Rizki yang "kena" banget. Mungkin aja, siapa tahu Rizki memang ada di kehidupan si Penulis.

Dion sangat menonjol dalam pengkarakteran, detail. Hingga saya merasa #jleb ketika membaca permasalahan Dion, berasa nggak tega melihat Dion dengan kekurangannya dan masalah keluarga Dion.

Adit si mantan Lena yang menyebalkan, angkuh dan rasanya ingin jitak, membuat aku juag suka dengan Adit yang arogan. Tetapi sayang porsi lemunculan Adit sedikit sekali.

Romi yang memang hampir mirip menyebalkannya seperti Adit, karena dia merupakan kaki tangannya. Jadi sedikit cemburu sih dengan munculnya Romi yang lebih banyak, lebih detail gimana marahnya Romi ketika Rizki dan Ryan gabung di Klub Film. Liciknya Romi saat menyabotase pemain dan ide cerita Lena. Seharusnya Adit menggantikan posisi Romi, karena Adit merupakan mantan pacar Lena, agar konflik secara pribadi antara Lena dan Adit terasa. Romi lebih menonjol sebagai antagonisnya.

*****

Jadi, kesimpulannya, penyajian konflik di novel ini terkesan tumpah ruah alias terlalu banyak konflik yang disajikan. meskipun konflik tersebut berasal dari satu orang yanitu Adit. Ketika membaca, sudah deg-degan dengan konflik satunya, ditambah lagi konfliknya dan ternyata waktu terkahir, pemecahan konfliknya kurang greget, dan bikin gemes. Harapan saya pemecahannya bikin andrenalin semakin naik, eh pemecahan masalah hanya karena Dania lupa. 

Lebih suka jika Adit lebih “hidup” di Cine Us, karena memang ingin melihat mantan pacar yang menyebalkan, bukan terkesan seperti “bayangan” dan menjadikan Romi sebagai kaki tangan Adit. Andai saja Adit melakukan berbagai kejahatannya terang-terangan di depan Lena, akan lebih terasa Adit-yang-tak-ingin-dikalahkan, juga sebagai mantan yang lebih menyebalkan. Tentunya sangat menguras emosi.

Gemas dengan pertengakaran Lena dengan Pak Kandar, lucu sih.

Gemas karena porsi Adit sedikit.

Gemas dengan Rizki, andaikan dia ada di dunia nyata.

Semuanya menggemaskan!!!






6 komentar :

  1. wah, baca review ini jadi makin penasaran n pingin segera beliiii :D

    BalasHapus
  2. Review-nya lengkap kap sampe pembaca seolah baca langsung. Memang menarik nih novel karena temanya jarang diangkat yakni tentang film. Dan terutama tentang semangat mengejar mimpi--walaupun Lena ga pintar-pintar amat tapi ga mau menyerah demi sahabat-sahabatnya.

    Soal misuh, itu mungkin sudah diperhitungkan penulisnya Mbak mengingat kata tersebut sudah masuk dalam KBBI dipinjam dari bahasa Jawa. Misuh dipilih mungkin biar efeknya lebih kuat dibanding mengumpat. Mungkin lo ya hehe..

    Pokoknya joss novel dan review-nya. Semoga berjaya dalam kontes ini Mbak. Salam dingin dari Bogor, brrrr.. :)

    BalasHapus
  3. Wow, ternyata yg ikutan lomba resensi novel #CineUs ini banyak banget, ya. Moga-moga kamu menang. Soalnya pernah baca beberapa ulasan, juga bagus-bagus. Ini salah satunya. Semangaaaaaat! :-)

    BalasHapus
  4. lengkap banget mbak... , begitu teliti sekali.. Melihat kata dan maksud tiap dialog...., aku paling review secara umum aja ..

    Sukses... Reviewnya mbak...

    BalasHapus
  5. Terima kasih sudah mengapresiasi novel CineUs. Semoga nanti berkenan mengapresiasi sekuelnya :)

    BalasHapus

moderasi dulu yaaa