Senin, 16 Maret 2015

Cermin (Sedang Dengan Cermin Aku Enggang Berbagi)




Judul : Cermin (Sedang Dengan Cermin Aku Enggan Berbagi).

Penulis : Anggrek Lestari

Penerbit : Grasindo.

Tahun terbit : Cetakan pertama, 2014.

Halaman : 128halaman.

ISBN : 978-602-251-553-1.


Sinopsis :

Kiara merasa sakit hati saat melihat dengan matanya sendiri, Ivan sedang bermesraan dengan perempuan lain. Begitu mudahnya Ivan menggantikan posisi Kiara dengan perempuan lain. Bahkan, scarf pemberian Kiara sewaktu ulang tahun Ivan telah dibuang oleh Ivan dan digantikan oleh scarf milik Reni. Kiara tak tahan lagi melihat pemandangan itu.

Adakah lelaki yang berhasil membahagiakan Kiara selamanya? Ternyata hanya senja yang membahagiakannya dengan waktu yang sebentar, lalu pergi dengan menyisakan sakit seperti cahaya mega yang menyakitkan.

Bagi Kiara, memberi kesempatan dan menerima seseorang yang telah menyia-nyiakannya adalah kebodohan yang membiarkan dirinya sakit hati kembali. Oleh karena itu, Kiara tak ingin menerima siapapun lagi dan tak ingin berbagi cinta dengan siapapun untuk sementara waktu, sampai kondisi hatinya normal kembali dan siap untuk berbagi kebahagiaan dengan hati yang lain. Kiara hanya ingin meregenerasi hatinya.


Bahkan, dia tak ingin berbagi dengan cermin, tak ingin cermin mencintai bayang-bayang tubuhnya.


Resensi :

Kiara dan Rio merupakan dua sahabat yang saling terluka karena cinta. Kiara putus dengan Ivan karena selingkuh dengan wanita lain, sedangkan Rio harus menerima kenyataan jika cintanya ditolak oleh Viola. Kedekatan antara Kiara dan Rio menimbulkan cinta diantara mereka berdua. Namun, cinta tak semulus yang mereka kira, Viola kembali menyapa Rio dan memberikan peluang untuk Rio dekati. Sementara itu, ada sosok laki - laki yang jatuh hati kepada Kiara.

Entah, baru kali ini bingung mau menulis apa. Jika dilihat dari cover, novel ini dilengkapi dengan kutipan puisi Chairil anwar, bahkan hampir beberapa bab juga ada kutipan Chairil Anwar. Tentunya, dari awal, aku sudah membayangkan jika novel ini novel sastra. Tapi, ternyata tidak.

Novel ini mengangkat kehidupan remaja, dengan dibuktikan bahwa tokoh yang ada di dalam novel ini masih sekolah, namun sudah ada yang mengganjal saat ada kata sapaan (sapaan sayang) antara kanda - dinda. Menurut aku pribadi, anak SMA biasanya memanggil pacarnya dengan sebutan, "Ay", "Beb", "Say". Jika kanda - dinda agaknya seperti terlampau dewasa.

"Iya, Dinda sayang. Buat apa Kanda bohong. Gak ada gunanya." -halaman 53-

Konflik yang disajikan tidak begitu klimaks, perselingkuhan yang akhirnya juga tahu bagaimana jalan cerita selanjutnya. Bagaimana bisa klimaks, kalau semua tokoh diceritakan menyukai puisi dari Chairil Anwar. Jadi, kurang membuat penasaran jika latar belakangnya saja sudah seragam.

Entah novel ini ditunjukkan oleh pembaca atau ditunjukkan kepada Chairil Anwar. Jika ini ditunjukkan untuk pembaca, bisa lebih menggali lebih dalam karakter tokoh, lebih dalam menggali konfliknya, bukan sekadar perselingkuhan anak SMA yang diselimuti oleh puisi Chairil Anwar. Yang aku temukan di sini hanya lebih banyak kutipan Chairil Anwar dan lebih banyak kutipan lagi.

Tidak ada salahnya jika memang menggunakan kutipan Chairil Anwar untuk mendukung cerita. Namun, sebagai pembaca tentunya haus akan kejutan - kejutan yang ingin didapatkan saat membaca novel, ingin rasanya mengalami naik dan turun emosi saat disuguhkan konflik dalam novel.

Pasti, novel berikutnya akan lebih berwarna dari novel cermin ini.

2 bintang untuk novel cermin ini.


"Kalau kau mau kuterima kembali, untukku sendiri tapi sedang dengan cermin aku enggan berbagi." -halaman 100-

5 komentar :

moderasi dulu yaaa