Penulis : Viera Fitani.
Editor : Afrianty P. Pardede.
Halaman : 256halaman.
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 978-602-02-5983-3
Blurb :
Fabian Aganta, dokter tampan yang kelebihan hormon ramah dan baik hati sukses membuat suster Dinasty - yang baru saja menjadi asistennya - sebal setengah mati. Tapi, sungguh tak disangka, di balik kelakuannya yang menyebalkan, dokter ganteng itu ternyata menyukai Dinasty yang selalu cemberut dan mengeluhkan setiap pekerjaan yang disuruhnya. Dirga, seseorang dari masa lalu Dinasty datang tepat ketika Fabian menyatakan perasaannya pada wanita itu. Seseorang yang sangat Dinasty cintai dan dinanti - nantikan karena kepergiannya yang tiba - tiba. Mungkinkah Dinasty akan menyukai Fabian dan meninggalkan orang dari masa lalunya? Atau Fabian-lah yang dipilih Dinasty untuk menemaninya seumur hidup?
"Dinasty, angin pagi adalah favoritku.
Dia bisa berembus begitu kencang,
menyejukkan, namun terasa hangta karena sinar matahari yang mulai muncul.
Begitulah kamu bagiku.
Menyejukkan dan menghangatkan di saat bersamaan.
And whatever happens, you'll always be my morning breeze..."
Resensi :
Saat membaca novel ini, cewek mana sih yang nggak luluh dengan ketampanan, sikap ramah dari dokter Fabian? Dokter poli penyakit dalam ini sukses membuat setiap pasien rela antri demi bertemu dan diperiksa oleh dokter Fabian, padahal dari banyaknya pasien, mereka hanya sakit yang cenderung dibuat - buat hanya karena ingin lebih dekat dengan Fabian. Tapi, ada satu wanita yang merasa ketiban sial karena akan menghabiskan beberapa bulan ke depan untuk menjadi asisten dokter Fabian. Yup! wanita itu adalah suster Dinasty yang bertugas untuk menjadi asisten dokter Fabian, karena asisten sebelumnya cuti hamil. Serasa berat pekerjaan yang dilalui Dinasty, apalagi harus bertindak tegas dengan pasien dokter Fabian yang kebanyakan terlalu genit. Dinasty pun tak luput dari sikap ramah, usil dan gombal dari dokter Fabian.
Dokter Fabian memang suka menggoda Dinasty yang selalu jutek kepada Dokter Fabian, tapi di dalam hatinya, dokter Fabian memang telah jatuh cinta kepada Dinasty, tapi ada sebuah tembok pertahanan yang tebal telah dibuat oleh Dinasty, bagaimana tidak, Dinasty rela menunggu lebih dari satu tahun hanya untuk seseorang yang ia cintai, yaitu Dirga. Meskipun, tak pernah ada kabar, bahkan terkesan menghilang secara tiba - tiba, tapi Dinasty percaya bahwa cintanya hanya untuk Dirga. Keadaan Dinasty terjepit, antara menunggu Dirga atau membuka hati untuk Fabian.
Novel yang ditulis oleh Mbak Viera ini mengambil setting tentang seluk - beluk dokter. Maklum, penulisnya juga seorang dokter gigi, loh. Jadi, memang terasa kental, bagaimana profesi dokter, bagaimana alur untuk memeriksa pasien, tenag saja tak ada istilah - istilah kedoteran yang sukar untuk dimengerti. Semua mudah dicerna bagi yang awam dengan istilah kedoktera.
Dengan gaya bahasa masa kini (gaul), permasalahan percintaan, setting tempat perkotaan, dan profesi yang banyak ditemui di perkotaan, tentu bisa ditarik garis besarnya, bahwa genre novel ini termasuk metropop. Bagi yang menyukai bahasa lugas tanpa harus mendayu - dayu dengan diksi, tentunya novel ini salah satu rekomendasi untuk dimiliki.
Sayangnya, ada "suara" yang sama di beberapa karakter dalam novel ini. Yaitu "suara" Fabian dan Dirga. Sudah kentara jika Fabian merupakan dokter yang ramah, gaul, supel cenderung periang dan agak gombal. Dirga merupakan seorang perwira yang dalam benak, pastinya seorang perwira memiliki gaya bahasa tegas, lugas, tanpa basa - basi, dan juga ramah. Namun, ada beberapa percakapan Dirga yang cenderung seperti Fabian, seperti umpatannya, bahasanya yang gaul. Tapi, untuk "suara" antara laki - laki (Fabian) dan perempuan (Dinasty) tentu saja sudah dapat dibedakan. Dinasty dengan gaya bahasa cenderung cuek, judes, sedikit konyol, dan supel.
Ada perubahan karakter Dinasty dalam novel ini, pada awalnya mati - matian jutek dengan dokter Fabian, kemudian sediki demi sedikit berubah menjadi perempuan yang "penurut" ketika mengenal cinta. Apalagi saat dokter Fabian dengan Dinasty berada di mobil, dan mereka berciuman karena "keadaan", haduuuh rasanya nggak rela kalau Dinasty mudah menyerah dengan perasaannya, setidaknya lebih jutek. Tapi, karena ciuman itulah ada kejadian - kejadian berikutnya yang lebih seru.
Konflik yang ditawarkan memang cinta segita yang sudah umum kita lihat. Namun, meskipun umum, penyelesaiannya tidak serta - merta pembaca disuguhkan solusi yang instan, antara memilih Fabian atau Dirga, pembaca dibuat galau terlebih dahulu tentang perasaan Fabian dan Dirga, Pertimbangan apa saja yang harus dipilih oleh Dinasty.
Sudut pandang yang dipakai adalah orang pertama (aku) tapi, uniknya adalah penulis memakai sudut pandang pertama dari beberapa tokoh (Fabian, Dinasty dan Dirga). Jadi, penulis secara bergantian menyajikan cerita dari sudut Fabian, kemudian beberapa dari sudut Dinasty dan Dirga. Jadi, kita akan ikut merasakan apa yang dirasakan beberapa tokoh tersebut.
Memang, novel ini merupakan novel dewasa, dengan sedikit adegan yang "hot" dan percakapan tentang begituan, tapi tidak vulgar melainkan dapat bikin senyum - senyum, apalagi percakapan antara teman Fabian yang cenderung nyeleneh.
Dengan gaya bahasa masa kini (gaul), permasalahan percintaan, setting tempat perkotaan, dan profesi yang banyak ditemui di perkotaan, tentu bisa ditarik garis besarnya, bahwa genre novel ini termasuk metropop. Bagi yang menyukai bahasa lugas tanpa harus mendayu - dayu dengan diksi, tentunya novel ini salah satu rekomendasi untuk dimiliki.
Sayangnya, ada "suara" yang sama di beberapa karakter dalam novel ini. Yaitu "suara" Fabian dan Dirga. Sudah kentara jika Fabian merupakan dokter yang ramah, gaul, supel cenderung periang dan agak gombal. Dirga merupakan seorang perwira yang dalam benak, pastinya seorang perwira memiliki gaya bahasa tegas, lugas, tanpa basa - basi, dan juga ramah. Namun, ada beberapa percakapan Dirga yang cenderung seperti Fabian, seperti umpatannya, bahasanya yang gaul. Tapi, untuk "suara" antara laki - laki (Fabian) dan perempuan (Dinasty) tentu saja sudah dapat dibedakan. Dinasty dengan gaya bahasa cenderung cuek, judes, sedikit konyol, dan supel.
Ada perubahan karakter Dinasty dalam novel ini, pada awalnya mati - matian jutek dengan dokter Fabian, kemudian sediki demi sedikit berubah menjadi perempuan yang "penurut" ketika mengenal cinta. Apalagi saat dokter Fabian dengan Dinasty berada di mobil, dan mereka berciuman karena "keadaan", haduuuh rasanya nggak rela kalau Dinasty mudah menyerah dengan perasaannya, setidaknya lebih jutek. Tapi, karena ciuman itulah ada kejadian - kejadian berikutnya yang lebih seru.
Konflik yang ditawarkan memang cinta segita yang sudah umum kita lihat. Namun, meskipun umum, penyelesaiannya tidak serta - merta pembaca disuguhkan solusi yang instan, antara memilih Fabian atau Dirga, pembaca dibuat galau terlebih dahulu tentang perasaan Fabian dan Dirga, Pertimbangan apa saja yang harus dipilih oleh Dinasty.
Sudut pandang yang dipakai adalah orang pertama (aku) tapi, uniknya adalah penulis memakai sudut pandang pertama dari beberapa tokoh (Fabian, Dinasty dan Dirga). Jadi, penulis secara bergantian menyajikan cerita dari sudut Fabian, kemudian beberapa dari sudut Dinasty dan Dirga. Jadi, kita akan ikut merasakan apa yang dirasakan beberapa tokoh tersebut.
Memang, novel ini merupakan novel dewasa, dengan sedikit adegan yang "hot" dan percakapan tentang begituan, tapi tidak vulgar melainkan dapat bikin senyum - senyum, apalagi percakapan antara teman Fabian yang cenderung nyeleneh.
"Percayalah, tidak ada yang lebih melelahkan daripada menunggu dalam sebuah ketidakpastian." (halaman 82).
"Cinta selalu seperti ini bukan? Datang tak terduga, tanpa pernah kita tahu kapan waktunya, atau bahkan dengan siapa hati kita memilih untuk berdebar lebih cepat." (halaman 84).
"Katakan aku bodoh. Menunggu dan berharap untuk sesuatu yang tidak pasti. Tapi bukankah cinta memang seperti itu? Perlahan tapi pasti menggerogoti logika dan memaksa kita berpikir hanya dengan perasaan saja." (halaman 132).
"Jangan pernah mencoba menebak isi hati dan pikiran seorang wanita. Sehebat apapun dirimu, kemungkinan salahnya lebih dari 70%. Dia bisa saja baik - baik, tapi di dalam hatinya dia hancur. Dia bisa saja terlihat bahagia secara fisik, tapi belum tentu secara mental." (halaman 223).
*****
Mau novel "Morning Breeze" plus tandatangan dari penulisnya? Yuk ikutan Giveaway Morning Breeze. Caranya :
- Wajib follow twitter penulis Morning Breeze @vierafitani . Boleh juga follow aku *uhuk* @MentionSari
- Share Giveaway ini di twitter kamu dengan mention @vierafitani dan @MentionSari dengan hestek #GAMorningBreeze . Contoh : Yuk ikutan #GAMorningBreeze untuk dapetin novelnya @vierafitani di blog @MentionSari [URL Postingan GA ini]. Formatnya terserah, yang penting mention, hestek #GAMorningBreeze dan URL postingan GA ini jangan sampai lupa.
- Menjawab pertanyaan di kolom komentar ini, pertanyaan adalah "Punya pengalaman apa sih saat periksa ke dokter? Bisa pengalaman lucu, haru, jatuh cinta sama dokter, atau menyedihkan sekalipun."
- Format jawaban di kolom komentar :
Nama :
Twitter kamu :
Link share tentang GA ini :
Jawaban :
Periode GA : 1 April 2015 - 10 April 2015 (Pukul 23.59).
Pengumuman pemenang 11 April 2015
Pengumuman pemenang 11 April 2015
Nama : Dwi Sari
BalasHapusTwitter : @ki_seki
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/Ki_seKi/status/583087454749511680
Jawaban :
Pas udah takut setengah mati antri di dokter GIGI (sepertinya semua orang juga mengalaminya) hihihi, yang takutnya ngalah-ngalahin detik-detik ketemu camer.
Etapiii pas udah masuk ruangannya, jleb! Dokternya ganmaaa (red: ganteng maut) sesaat itu takut berubah jadi salting (salah tingkah) *benerin jilbab* hahahaha
Alhasil acara periksa gigi yang biasanya gak enak setengah matiii, berubah bak diperiksa seorang pangeran hahaha *pagi-pagi udah ngayaaaal neng*
Ssstttt....jadi solusinya next nyari dokter GIGI yang cakep kek kemarin aja, biar gak takut lagi :p
Jiah ayu dewe :p
BalasHapus@jiahjava https://mobile.twitter.com/jiahjava/status/583090423888879616?p=v
aku anak baik, Jeng jarang sakit. Paling pilek, batuk. Dokter cowok? Bah! Yang ada juga tua, itu aja yang bantu beresin luka susternya huahaha.
Paling sering sama dokter cewe, namanya Bu Endang, beliau jg Ibu Petinggi. Kalau priksa dan aku lupa nmr cm puskesmas, agak diomelin. Gemes2 gimana sama aku yg bandel. Pas lagi santai, aku malah curhat ttg perpus desa, mau bantu buku kok msh bokek. Intinya sih malah bahas perkembangan perpus yg msh blm jadi2.
Kapan ya ketemu dokter ganteng?
Permisi...Daftar!
BalasHapusNama: Rahmah
Twitter: @amma_chemist
Link Share Twitter: https://twitter.com/amma_chemist/status/583094083104714754
Jawaban:
Waktu itu jadwal kontrol Salfa karena ada sedikit masalah di bagian pipinya. Setelah menunggu lama, akhirnya nama Salfa dipanggil dengan sebutan Anak Salfa pastinya oleh suster.
Nah, di dalam ruangan dokter, Salfa melongo karena semua yang dilihat hampir serba putih, beda dengan kamarnya di rumah. Lalu, dokter pun menjelaskan tentang kondisi Salfa.
Yang membuat lucu adalah setiap satu kalimat dari dokter selesai, Salfa seolah memahami maksud perkataan dokter dengan memberikan reaksi suara. Suara yang dikeluarkan itu seperti menyebutkan kata "nggeh" kalau bahasa Jawa. Sekali dua kali mungkin biasa, tetapi Salfa melakukannya berkali-kali, setiap kali si dokter memberikan jeda dari satu kalimat ke kalimat lain.
Dokter pun akhirnya "tanpa sadar" tertawa agak lebar di depan Salfa. Salfa makin mengekspresikan kelucuan dengan tertawa juga seperti dikelitik. Dokter pun akhirnya bilang kalau Salfa salah satu bayi yang responnya baik terhadap lingkungan. Dan cikal bakal jadi anak cerdas katanya. Spontan mengaminkan perkataan dokter.
Sejak saat itu, Salfa sudah sangat dikenal oleh sang dokter. Saking dikenalnya, pernah kaget ketemu di sebuah swalayan, si dokter menyapa duluan sementara saya lupa-lupa ingat, hahaha #maklumsudahtua #mulaipikun
Mbak Sari.. ikutan ya!
BalasHapusNama: Hilda Ikka
Twitter: @newHildaIkka
Link share: https://twitter.com/newHildaIkka/status/583138537421164544
Jawaban:
Yang aku inget sih sewaktu dulu cabut gigi jaman masih SD. Waktu itu ditemenin sama Ibu. Kebetulan waktu itu Ibu sedang awal-awalnya buka usaha jualan peyek bikinan sendiri. Yang nanganin aku dokter perempuan. Ibu sama dokternya ngobrol-ngobrol gitu. Ternyata beliau kenal juga sama tetanggaku yang merupakan dokter sekaligus bidan di deket rumah. Nah, tetanggaku tuh langganan peyek ibuku. Eh, dokter ini ternyata juga pernah icip peyek itu, jadinya malah ikutan langganan sampe sekarang. :D
Ikut juga, ah..
BalasHapusNama : Riga Sanjaya
Twitter : @attararya
Link share : http://twitter.com/attararya/status/583215242747985920
Jawaban.
Beberapa bulan lalu aku pergi ke dokter gigi karena mengira ada lubang di gigi. Alih-alih ditambal, ternyata gigi gerahamku tidak ada lubang, hanya saja posisi tumbuh satu gigi melintang. Jarak antara gigi yang 'normal' dengan gigi yang 'tumbang' seolah menjadi lubang. Jadilah, gigiku hanya dibersihkan dari karang.
Selama 'mengerjai' aku, dokternya terus bersenandung. Sesekali bertanya ini-itu, termasuk tanya pekerjaan. Setelah selesai, dia menyebutkan sebuah harga : 150.000. Aku agak tercekat, karena biasanya hanya 100 ribu untuk pembersihan karang gigi. Jangan-jangan karena aku menjawab pertanyaannya soal pekerjaan dengan jawaban : PNS.
UH....
Coba ikutan ahh kali aja dapat
BalasHapusNama : Yuni Marliasari
Twitter : @ndah_unie
Link share :https://twitter.com/ndah_unie/status/583246585384964096
Jawaban :
Pernah ke dokter kandungan anak pertama n dokter kandunganya cowok pula hadeh bakal malu ini sm dokter klo diperiksa" n beneran grogi abis, padahal pergi bareng suami, sampe didokter daftar cek tensi n BB seepp semuanya masuklah kedalam ruangan ....
Ampun deh tiba" keringat dingin nguuyur dari atas kepala deres banget hujan aja kalah hehehehehe ....
suami tanya kenapa ndah kamu ? aku jawab engga papa .... saat dokter nyamperin dan bertanya bisa dibantu mo cek kehamilan ya .... Tiba-tiba aku tanya sama dokter ... maaf dok ada toilet... dokter pun menjawab ada didepan akhirnya aku bilang permisi sebentar ya dok dah engga tahan nih tanpa rasa malu ...... hehehehe sangking groginya mo periksa kehamilan sampe pengen B*B Maafff hal memalukan pada first impression ke dokternya engga banget hehehehe kelar itu balik ke ruangan lagi u know 15 menit hehehehe tuh dokter sm suami nunguin aku haduhhh memalukan untungnya cuma pemerikasaan pertama aja selanjutnya dah kaga grogi lagi n ampe lahiran groginya ilang ....
Hal paling memalukan sama dokter *kaburpake helm heheheh
Nama : Dias Shinta Devi
BalasHapusTwitter : @diasshinta
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/DiasShinta/status/583259168296960000
Jawaban :
pengalamanku yg berhubungan dengan dokter sih... hmm itu tuh, tumben2nya dokter ceweknya perhatian banget waktu di puskesmas. disuruh tes darah tapi akunya gak mau, terus masa tawar-menawar gitu sama dokternya *lah kocak -_-* jadi aja pasien terlama, abisnya sih org akunya takut mau tes darah, eh dianya maksa -_- haha
tapi gak nemu lagi sih dokter kayak dia..
Nama : Neneng Lestari
BalasHapustwitter: @ntarienovrizal
link share :https://twitter.com/nTarienovrizal/status/583493728242794497
jawaban: Allhamdullah jarang sakit sich, kalau sakit itu pun paling parah cuma demam gak perlu periksa ke dokter. Cuma baru-baru ini aku nganterin suami yang lagi demam parah (sampai muncul ruam-ruam diseluruh badan) ke klinik yang paling dekat. Kalau pakai mobil sekitar 15 menit lah. Nah pertamnya dokter periksa, katanya harus tes darah dulu untuk mastikan penyakitnya. Karena kalau di lihat dari demamnya, gak biasa panasnya. Sampai 40 derajat celsius. Singkat cerita suami kena tipes, dan trombosit udah rendah banget. Gak pake alasan harus nginap kata dokternya (pake gaya maksa) hehe
Nah setelah itu masuklah ketahap pasang infus. Suami ku itu takut sama jarum, dia ngelirik perawat yang masuk ke dalam kamar. Dia bisik ke aku, kayaknya mereka anak baru dan dia gak mau di pegang sama mereka, apalgi pasang infus. akhirnya aku bilang ke dokternya, minta beliau buat pasangin infus. Eh pas di saat-saat mau pasang, si dokter malah keluar ruangan, entah gak tau ngapain dan mau gak mau akhirnya suami terpaksa jadi bahan percobaan anak-anak baru tersebut. Lucu sekaligus kasihan, soalnya gara-gara pengalman mereka yang minim, suamiku sampe kena 5x di tusuk jarum infus Karena gak nemu aliran darahnya (gak ngerti istilahnya, pokonya itu hehe). Ngeliat muka suamiku, antara mau ketawa sama mau nangis. Dokternya datang tepat waktu, dan akhirnya beliau yang pasang infus. OUCH suamiku berbisik. Kok sama doktnya malah terasa lebih sakit di tusuk jarum, tapi berita baiknya cukup sekali tusuk langsung dapat aliran darahnya.
Setelah perawat dan dokter pergi, suamiku malah ngomel-ngomel. Padahal badan udah lemes tu, tapi mulut masib aja komat kamit marah2 sama dokter. Aku jadi serem kalau ke dokter jadinya ....
Nama : Imelda
BalasHapusTwitter: @MeldaOnRain
Link share: https://twitter.com/MeldaonRain/status/583615413252005888
Aku kalo sakit jarang ke dokter, jarang sakit juga sebenernya. Tapi pernah ada pengalaman sama dokter gigi, waktu masih SMP. Jadi dulu, karena sering liat pak dokter ganteng yang pulang pergi ke PUSKESMAS dekat sekolah, walaupun gak punya masalah sama gigi, tetep aja dibela-belain buat periksa ke Puskes, modus biar bisa liat dokter ganteng (kecil-kecil udah centil, hehehe) dan parahnya lagi, periksa gak cuma sendiri, tapi rombongan sama temen-temen satu genk cewek karena pas sekolah kan periksa dan berobat gratis, bayangin aja semuanya periksa gigi rombongan, rameeeee + bikin asisten dokternya jadi kezel, mukanya ditekuk pas kami datang rombongan (Mungkin kayak si Dinasty, hihihi). Selesai periksa pun tambah sedap pas ada temen yang ternyata giginya berlubang dan disaranin buat ditambal sama dokter ganteng, jadilah kami semakin seneng modus ke puskesmas rame-rame. Kali ini alasannya pas ditanya kenapa ke puskes rame-rame “Nemenin temen pak dokteeerrr..!” Hehehee..
Tapi, sepandai-pandainya modus, akhirnya kena tulahnya jugakk..
Sekarang aku udah lulus kuliah. Sebulan yang lalu gigi aku sakit karena berlubang dan kebetulan aku lagi di kampung halaman. Periksalah aku ke puskes sekalian nambal gigi, eh.. Ternyata dokternya masih si Pak Dokter ganteng dulu yang sekarang pun masih ganteng.. Parahnya, dia ternyata ngenalin aku dan terucaplah kalimat “Eh, kamu kan yang dulu sering ke sini rombongan sama temen-temen cewekmu dulu?” Hahahaa.. Malu pisan euyy gara-gara dulu suka modus. hihihi
Nama : Gestha Reffy
BalasHapusTwitter: @AltGST
Link share: https://twitter.com/AltGST/status/583786324567592960
Waku itu aku lagi sakit tenggorokan. Lalu dibawa kedokter. Pas masuk ke ruangan itu, Kemudian aku disuruh duduk oleh sang perawat. "Tunggu bentar ya, dokter nya lagi kebelakang."Dan aku kaget, ketika ngeliat dokter itu kembali. Ternyata dokternya ganteng banget. Dia akhirnya pun duduk, dan menanyakan keluhanku. Aku berusaha bersikap biasa aja sambil menjelaskan gejala sakit yang ku alami.. Ketika memeriksa banyak ia tanyakan "Oh, jd bentar lagi mau UN ya? Lalu lanjut ke univ mana?" "Iya. Belom tau dok. Hehe." "Wah, mulai sekarang udah harus dipikirin ya, soalnya udah nggak lama lagi loh. Tapi, saya juga sama sih kayak kamu waktu dulu." Katanya berbicara sambil memeriksa, Lalu aku pun bertanya "Haha, gitu ya dok? Em, umur dokter sekarang berapa?" Ups, aku baru sadar ternyata aku sudah mengeluarkan pertanyaan lancang, aku pun mau sendiri. dia kemudian menatapku dengan wajah serius. Aku takut akan karena memberikan pertanyaan buruk untuknya. Haduhh. Lalu ternyata dia tersenyum, "Em, gak jauh sama kamu kok. 25." Katanya. "Yee, tu sih jauh banget lah, dok." Ternyata perawat yang disebelah dokter itu menyambung pembicaran kami. "Nah, kalo sama saya sih baru nggak jauh." Lanjut perawat itu lagi sambil tertawa. Aku dongkol tingkat dewa dengan ucapan perawat itu.Nyebelin amat sih. Dokter itu pun tertawa kecil dan melanjutkan memriksaku. Selesai memriksa dia pun duduk kembali dan berkata "Jantung kamu kok tadi kayak berdebar ya? Kamu kenapa?"Gilaa, noh dokter pertanyaannnya.. Aku pikir dia cuma nyeloteh, lalu aku jawab "Emangnya dokter tau? Kan tadi dokter cuma meriksa disekitar mulut saya."Dia lalu memandangku serius, lalu berkata 'Tapi tadi detak kamu itu kedengeran, Jangan bilang kamu gugup?" Katanya sambil tertawa. Busyeeett nih dokter, aku pun merasa mulutku terkunci. Lalu dia melanjutkan "Hahah, nggak kok bercanda. Dibawa santai." . Aku kemudian cukup lega dan ikut tertawa mendengar omongannya, ternyata dokter ini lawak juga. Terdengar suara perawat disebelahnya yang bergumam "ehem". Aku cuek bebek Setelah dia memberikanku obat, lalu dia berkatanya "Diminumnya habis makan ya, jangan sampai telat." "Sip, dok. Terimakasih banyak. Saya permisi" Kataku sambil tersenyum padanya. "Ya, sama-sama." Katanya. Huh, 30 menit berlalu terasa amat cepat rasnya bersama dokter muda ini. Dengan enggan, akhirnya aku pun keluar dari ruangan itu dan hendak pulang, tapi ternyata dia memanggilku. Lalu aku pun menoleh. "Iya dokter, ada apa?" "Ada.. Line gak?" "Line?" "Iya." Kataya sambil merogoh handphone dari sakunya. Aku merasa dunia seketika seperti terbalik dan aku memvonis diriku akan sembuh duluan sebelum meminum obat-obat yang dia berikan.
Mila Reski
BalasHapus@mila_reski
Link share: https://twitter.com/mila_reski/status/583810961129086976
Sebenarnya aku jarang ke dokter, krn alhamdulillah aku jarang sakit dan emang ngga pernah suka kalo ke rumah sakit. Yang aku ingat, waktu masih SMP, aku pernah radang lambung. Dan kasusnya udah semakin parah, jadilah aku dibawa ke rumah sakit. Waktu itu, pas check up dokternya biasa aja, udah tua dan pake kacamata. Ehh, pas aku check up kedua kali, dokternya ganti. Dokternya cakep baangetttttt gilaaa, masih muda lagi. Aku yg semula ogah"an kalo disuruh ke dokter, akhirnya nurut aja kalo dianter mami check up, apa lagi kalo yang periksa si dokter D ini. Aku jg jarang minum obat yg dikasih biar sakitku ngga sembuh" dan dirawat terus sama dokter D ini.. yaampuunnnnn gila deh kalo inget waktu itu..
Ayuni Adesty
BalasHapus@ayuniadesty
Link share: https://twitter.com/ayuniadesty/status/583868360531775489
Pengalamanku ke dokter yang paling berkesan adalah nganterin temen ke klinik buat USG dan periksa kandungan. Usia kandungan temenku kalau nggak salah 4 bulan. Kami teman satu tempat kerja, jadi pulang kerja langsung ke klinik.
Tujuanku nggak cuma nganterin, tapi sekalian juga mau USG.
Dari informasi yang saya dapat, melalui USG kita bisa periksa apakah kita menderita miom/kanker rahim. Pasalnya, setiap bulan saya merasakan nyeri hebat di hari pertama menstruasi.
Tapi perlu dicatat, aku belum menikah. Jadi tujuanku USG adalah buat periksa apakah ada gejala miom/kanker rahim atau nggak. Awalnya ragu, ntar kalau ditanya-tanya gimana? Apalagi dokter kandungannya cowok. Duh! Tapi teman saya menyemangati dan meyakinkan. Dia khawatir juga kalau saya memang beneran punya miom/kanker rahim. Soalnya biasanya kalau sakit pas haid di tempat kerja, saya minta antar dia ke klinik.
Akhirnya saya putuskan ikut dia dan sekalian mendaftar untuk USG. Mumpung ada kesempatan dan ada temennya. Kalau saya sendirian, pasti nggak berani USG. Nanti dikira orang-orang saya hamil di luar nikah. #whoaaaa!! Kalau nganter temen, kan bisa ada alasan.
Rasanya amazing pas ngeliat temen saya di USG. Terharu, deh bisa ngeliat langsung si calon bayi di monitor. Soalnya saya juga ikut ke dalam ruangan pas temen saya di USG. Pas tiba giliran saya, saya grogi, takut. Pokoknya campur aduk deh. Takut juga kalau nanti beneran saya
punya miom/kanker rahim. Dokternya udah lumayan tua, tapi untung humoris dan murah senyum. Alhamdulilah pas diperiksa nggak ada tanda-tanda miom/kanker rahim.
Tapi dokternya bilang "Ibu nahan kencing ya? Warna hitam ini adalah cairan urine yang penuh di kandung kemih." kata si Dokter.
Duh! Malunyaaaa!! Saya cuma nyengir menahan malu. Iya, saya memang nahan kencing.Entah karena saking takut dan groginya, atau karena ruangannya yang ber AC. Saya memang nggak tahan lama-lama di ruangan ber-AC dan suka beser. Untung waktu itu nggak sampai ngompol di celana.
Ha ha ...
Nama: Akhfhin Rahardhiyanto
BalasHapusTwitter: @afingleek
Link share: https://twitter.com/afingleek/status/584074389055873024
Jawaban: Dulu pernah punya pengalaman kocak sih kalo diinget-inget waktu sd ke dokter gigi sama dua kakak cewekku. Itu pertama kalinya aku ke dokter gigi berhubung waktu itu aku punya gigi yang berantakan banget aku dipaksa ikut juga ke dokter gigi. Pas disana yang diperiksa duluan kedua kakak cewekku nah keluar-keluar dari ruang praktek itu muka mereka pada pucet kayak mayat trus kesakitan gitu. Jadinya aku makin takut kaaan, pas waktuku masuk ke ruang prakte, udah tiduran di kursi pasiennya dokternya bilang harus dicabut giginya otomatis harus dibius dulu kan, waktu dia ngambil suntikan sama isinya trus mau dideketin ke gusiku aku langsung reflek teriak sekencang-kencangnya sampe dokternya kaget abis itu aku langsung lari keluar dari ruang praktek itu ke parkiran mobil trus nangis disitu sampe disusulin mamaku dan kedua kakak cewekku aku otomatis dimarahin dan diketawain dong karena emang itu memalukan banget wkwk. Lucunya, sekarang aku udah ga takut lagi ke dokter gigi disuntik-suntik pun udah biasa aja karena aku sadar gigiku jelek dan emang harus diperbaikin sekarang aku pakai kawat gigi deh.
Kalo pada penasaran aku pasang kawat di dokter gigi lain, udah malu coy balik ke dokter gigi yang waktu itu aku teriakin XD
Nama: Zubaidah Hariyani
BalasHapusAkun Twitter : @Zhube89
Link share GA: https://mobile.twitter.com/zhube89/status/584714906852691968?p=v
Jawaban: Waktu kelas 1 SMP dulu punya kejadian kurang ngenakin ma dokter praktek, dulu perasaan aku niatnya cuma berobat flu dan batuk karena udah 1 bulanan ga sembuh2, eh sampe sana bru ditanya2 dan belum diceck dokternya malah nyuruh ceck up seluruh badan soalnya diagnosa dokternya aku kena penyakit paru-paru basah.
Alhasil sampe sekarang jadi rada parno lo disuruh ke dokter, sakit flu dan batuk aja diagnosanya gitu, apalagi lo sakit yang macem2 hehehe..
Karena kejadian itu, ade operasi aja aku ga mau datang :( soalnya masih rada parno denger diagnosa dokter.
Nama: Eni Lestari
BalasHapusTwitter: @dust_pain
Link share: https://twitter.com/dust_pain/status/584853323498422272
sebenarnya aku jarang sakit. paling banter flu atau demam tinggi. nah, pernah dulu waktu kecil aku sakit lumayan parah. ke puskesmas deh akhirnya. yang meriksa kebetulan bapak2 yang wajahnya serem. keliatannya gak ramah gitu :( dia minta aku menjulurkan lidah. ya udah sambil nahan takut aku njulurin lidahku. habis itu ditanya mau suntik gak? terus dia nakut2in kalo suntik itu sakit banget. karena ketakutan inget pas imunisasi dulu tangan sampai gak bisa gerak, aku geleng2 kepala. dokternya ketawa. dia cuma bercanda aja -_- setelah bercandaan itu, si dokter ngajak ngobrol. ternyata orangnya baik. mukanya emang serem kalo diem. tapi kalo senyum/ketawa jadi beda :D
Em... saya udh nulis tadi masuk gk ya?
BalasHapusYa udh ngulang lagi gk papa
Nama: Asmaa Shabrina
Id Twitter: @uchatadara
Link: https://twitter.com/Uchatadara/status/585003373222469632?s=09
Kata nenek, saya cucu yang kuat *nyontek judul lagu hahaha
Jadi alhamdulillah saya jarang periksa kedokter. Tapi ternyata sekalinya masuk RS saya harus opname. Ditengah rasa bosan dan bete saya di opname. Ada seorang perawat tampan persis seperti wajah suami BCL alias asraf sinclair. Nah langsung bening deh mata saya tiap liat dia lewat. Apalagi klo perawat itu nyambangin kamar saya dan ngecek kondisi saya, si mbak yg rajin nemenin saya plus emang kelewat SKSD hobi banget kepoin dia. Dan kalo ada kesempatan kluar kamar alias kabur kita pasti nongkrong di tempat dia biasa lewat. Alhasil setiap kita balik kamar ada pak dokter budiman yg gk berhenti ngomelin kita buat bedrest aja di kamar wkwkwk...
Itulah pengalaman saya yg paling berkesan ^^
Nama : Ria Rochma
BalasHapusTwitter : @ria_rochma
URL share :https://mobile.twitter.com/Ria_Rochma/status/584984204485632001
Pengalaman :
Sebenarnya jarang banget ada pengalaman periksa sama dokter yg macem-macem.
Cuma, ini pengalaman pas operasi sesar lahiran si Arya. Aku kan termasuk ngga suka sama yg namanya operasi. Operasi kecil buat gigi aja aku ketakutan. Nah, ini malah operasi sesar. Walhasil, semalaman ga bisa tidur. Gelisah ga karuan.
Pas udah persiapan operasi, jantung ga bisa berhenti. Takutnya ampun banget. Pas dah masuk ruang operasi, dah dikasih anestesi, lha kok dokternya masuk dengan masih bersimbah darah habis operasi di ruang lain. Akunya shock hebat!! Walhasih, tensi langsung drop, dan perawatnya kasih tindakan dadakan dg cara percepat masukin cairan infus ke tubuh.
Eh lha kok, dokternya pas lakuin operasi, malah sambil ngomongin sinetron sama perawat-perawatnya. Nyanyi-nyanyi dangdut pula. Sayanya yg dibius sebagian, cuma bisa menghelas nafas sambil ngoceh dalam hati, "ini dokter apaan sih? Gak ngerti apa pasiennga gelisah setengah mati??"
Nama : Rizqa Nurul Hidayanti
BalasHapusTwitter kamu : @nurul_rizqa
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/nurul_rizqa/status/585078524546953217
Jawaban :
Waktu aku SMP aku demam berhari-hari padahal aku sudah periksa ke puskesma dan dokter tapi belum sembuh-sembuh juga. Akhirnya aku dibawa ke rumah sakit untuk periksa, dan ketemu dokter-dokter cewek kebanyakan hehehe, Karena waktu ditensi keluar bintik-bintik merahnya jadilah aku harus periksa darah karena diduga DBD. Padahal aku takut banget sama jarum suntik. Pas darahnya diambil aku malah ngeliatin padahal aslinya takut tapi sebenarnya penasaran aja, eh ternyata malah pembuluh darah yg diambil salah jadilah jarum suntiknya menusuk tanganku berkali-kali. Hiks... katanya sih susah nemuin pembuluh darah di tanganku karena nggak keliatan. Salah ambil darah berkali-kali jadi sakit deh :(
Nama : Aldo Rahmat
BalasHapusTwitter : @aldorahmat108
Link Share : https://twitter.com/aldorahmat108/status/585287751429300225
Jawaban :
Waktu itu aku ketemu dokter, untung dokternya baik dan ramah... jadinya aku ga terlalu takut. Oh iya, aku lupa kasih tau, kalo ini pengalaman masa kecilku. Ya... sewaktu aku masih kecil, aku sering sakit2an sehingga sering sekali ketemu dengan dokter.
Namanya juga anak kecil, pasti sewaktu pertama kali datang ke dokter itu rasanya takut. Apalagi kalau dokternya seram dan bawa jarum suntik, hehe. Singkat cerita, aku tidak takut lagi datang ke dokter, karena dokternya sangat baik dan juga ramah.
Dan satu lagi, dokternya itu suka menolong (hehe). Knp? Karena setiap kali saya malas sekolah, saya bilang ke ibu saya "Ma, aku males sekolah, izin sakit ya... tp harus pake surat dokter ma". "Iya... nanti mama minta ke dokter ya, mama telpon papa dulu" kata ibuku. Dan setelah kita datang ke dokter, dokternya pun dengan senang hati menuliskan surat dokter untuk saya izin sekolah beberapa hari (haha... jgn dicontoh ya!).
Nah itu td pengalaman singkat tentang bertemu dokter. Dokter itu tidak seseram yg kita kira, apalagi dokter itu merupakan pekerjaan yg mulia karena tugasnya ialah menolong orang yg sedang sakit, jadi... kalau sakit jgn minum obat, tp langsung ke dokter aja konsultasi... sekian terima kasih :)
Ikutan juga ah :D
BalasHapusNama : Reni Judhanto
Twitter : @ReniJudhanto
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/ReniJudhanto/status/585324960836554752
Jawaban :
Ini pengalaman bertahun-tahun yang lalu... saat Shasa masih kecil dan sering sakit karena amandelnya yang membesar. Itu sebabnya saat shasa panas dan batuk untuk kesekian kalinya, aku memutuskan langsung membawanya ke dokter spesialis THT dan bukan ke dokter anak seperti biasanya dengan harapan Shasa akan mendapatkan obat dan penanganan yang lebih bagus daripada ke dokter anak.
Saat kami masuk ke ruang periksa, ternyata dokter spesialis THT sudah tua. Sebelum memeriksa, dokter bertanya apa keluhan kami. Aku menjelaskan bahwa sudah beberapa hari anakku panas dan batuk-batuk. Aku pun menambahkan keterangan "mungkin amandelnya kambuh lagi, dok."
Mendengar perkataanku itu tiba-tiba saja dokternya marah dan berkata "yang menjadi dokter itu saya. Nanti saya yang memutuskan apa sakitnya. Kok belum-belum sudah mengatakan amandelnya yang sakit."
Aku kaget dan melongo saat itu. Tapi aku mencoba sabar dan menunggunya memeriksa Shasa. Setelah memeriksa Shasa dia hanya diam sambil menulis resep. Aku pun mencoba untuk berkonsultasi dengan menanyakan makanan apa yang harus dihindari Shasa. Tapiiii... ternyata dokternya gak memperdulikan pertanyaanku dan tak menjawabnya.
Hadeeehhh... aku bener-bener kapok ke dokter itu lagi. Aku gak pernah lagi membawa Shasa berobat kesana. Dan setiap ada orang yang bertanya padaku dokter spesialis THT mana yang bagus, aku pasti akan mengatakan untuk tidak ke dokter spesialis THT yang itu... karena orangnya jahat. #balasdendam nih aku ceritanya hehehe
Tapi ternyata, kemudian aku banyak mendengar cerita bahwa memang dokter spesialis THT yang itu sangat tidak ramah dan tak menyenangkan. Hemm... jadi bukan aku saja yang jadi "korban" kejutekan dokter itu.
Udah ah... itu pengalaman yang sangat tak menyenangkan saat ke dokter.
Nama : Ceria Wisga
BalasHapusTwitter kamu : @C3R1A
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/C3R1A/status/585337278483968000
Jawaban :
Heemm banyak cerita ya, saia kisahkan cerita yg ini aja deh :D berawal dari sepasang pengantin muda yg galau dg pertanyaan dan pernyataan orang laen tentang kepastian kehadiran buah hati. jujur saia dan misua galau akut. segala cara alami sudah dilakukan tak lupa berikhtiar,berdoa kepada pemilik hidup. nyatanya tak jua membuahkan hasil,akhirnya kami sepakat mengunjungi dokter. bukan dokter kandungan tetapi dokter andrologi. seumur2 saia baru ini tau ada dokter andrologi, gak ada bayangan sama sekali dokternya kayak gimana,trus yang diperiksa apa,pasrah hehe. tiba giliran, ternyata eh ternyata dokternya ramah banget trus ya enggak diperiksa apa2. tahap awal lebih mengarah ke konseling gitu, intinya tentang komunikasi antar pasangan hingga kondisi psikologis masing2. Well, alhamdulilah cukup sekali kami mengunjungi dokter andrologi karena tak lama kemudian saia positif hamil :D
Jadi, jangan tunggu lama klo mau pergi ke dokter, as soon as possible lah hehe.
Nama:Cynthia
BalasHapusAkun twitter: @vivicynthia
Link share: Cek TL
Dokter ?sosok yang sudah sering terlihat sejak kecil.aku selalu bermasalah ditenggorokkan.
Pengalaman lucu saat Aku buka kemeja u/distetoskop ternyata dokter bilang Ga perlu.dokter menyelipkan stetoskop ke DLM kemeja yg memang dr semula kancing teratas & kedua Ga kukancing.jd malu.
Lalu pernah juga saat suntik aku udah teriak duluan sebelum dokter menyuntik.ternyata suntikannya tdk sakit sama sekali.
Pengalaman lucu.papaku keluar dr klinik & lupa byr.untungnya dokter Ga teriak.minggu dpnnya br dibyr.dokter cuma senyum senyum.
Pengalaman diperiksa dokter lulusan us membuatku deg degan masih muda,ganteng,lulusan amrik.OMG.dokternya bilang"kamu ada masalah dgn detak jantung berdetak cepat" malunya.
Makasih
Nama : Wiwi Widiani
BalasHapusTwitter kamu : @wiiidiani
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/wiiidiani/status/585649239792943105
Jawaban : Pengalaman saat periksa ke Dokter... jadi begini, kejadiannya itu sekitar pertengahan tahun lalu mungkin. Tepatnya aku lupa. Saat itu adalah jadwal aku buat ke pergi dokter gigi. Mungkin aku ini termasuk salah satu orang yang concern banget dengan kesehatan dan kebersihan gigi, tidak ada keluhan khusus sih saat itu... cuma pengen bersihin plaque aja, itu juga gak banyak... ^_^
Oke, janji sudah dibuat dari sejak beberapa hari sebelumnya, dan hari Sabtu sore, pergilah saya ke tempat praktek dokter gigi saya itu. Namun ternyata, sesampainya saya ditempat prakteknya, dokternya berhalangan hadir... Setelah diberitahu begitu, saya berpikir : "pulang aja ah... ", tapi tiba-tiba sang assisten dokternya mencegah saya pulang, beliau bilang akan ada dokter gigi lain yang akan menggantikan dokter yang berhalangan hadir itu.
Agak ragu sih... karena biasanya dan udah dari sejak lama, dokter gigiku ya dokter yang itu... sayang banget berhalangan hadir.... Tapi, udah sampai ke tempat praktek ini, masa mau pulang lagi... oke deh, saya mau, diperiksa dokter penggantinya itu.
Giliran saya pun tiba, saya dipanggil dan kemudian masuk ke ruang pemeriksaan. Tapi saya ditinggalkan sendirian, assistennya malah ke luar ruangan, sebelumnya dia bilang, dokternya lagi di toilet dulu apa gimana aku gak ngerti... nah diruangannya itu ada cermin besar banget, terpikirlah buat berselfia ria dengan background peralatan dokter gigi...
Berbagai pose dan gaya udah dilakonin deh... dan tiba-tiba saja :
"Nah, nah... yang itu bagus tuh buat dijadiin DP. Yang sebelumnya angle-nya kurang pas sepertinya"
Dengan rasa yang campur aduk, aku melirik ke arah suara itu... yaps, di ambang pintu itu, berdirilah seorang pria berjas putih, masih muda, bersih dan rapi, sambil berpangku tangan, tersenyum ramah ke arah saya....
"Ini.. ini pasti dokter yang pengganti itu" Pikirku....
Sambil ketawa gak jelas, dan merasa oon banget... hwaa pengen rasanya terjun aja ke black hole... aku tanya : "dokter sudah lama disitu?"
"hehe... sudah... gak kehitung berapa pose selfie kamu tadi..." Jawabnya. Sambil kemudian berjalan ke arah meja dan sesaat sebelum duduk, dia kembali bicara :
"Mau saya periksa sekarang?, eh atau mau lanjut selfie...? Silahkan, bebas... santai aja"
sambil tersenyum dan memeriksa catatan-catatan didepannya.
"Periksa aja... " jawabku, yang merasa semakin gak karuan saking malu
Mengangkat kepalanya sambil tersenyum, dokter itu berkata "Iya, silahkan duduk..."
Selama acara dibersihkannya plaque gigiku, aku gak karuan banget... antara pengen ketawa ngakak aja, menghilang dan pergi secepatnya dari tempat. Malunya serasa gak ketulungan.
Acara pembersihan plaque pun selesai. Saat saya berpamitan, Dokter itu bilang :
"sekarang selfie sambil ketawa lepas juga makin PD dong ya...
"hee... iya...." jawabku, sambil pengen cepat-cepat aja lari dan kabur meninggalkan tempat itu.
Dan dokternya berkata lagi,
"Tapi gak kan bisa selfie kalau handphonenya ditinggalkan disana" sambil menunjuk ke arah ambalan didepan cermin besar tadi.
Oh Ya Allah.... bisa-bisanya hp aku ada disitu, Tadi kayaknya lupa, pas acara keget tadi.. disimpan disitu.
Oh iya saat pembersihan plaque berlangsung, beberapa kali dokter membahas tentang selfie, tongsis... apalah pokoknya.... dan disaat itu pula aku lihat sang asistennya yang tidak tahu apa-apa, nampak yaa agak sedikit kebingungan, ahahaa >_<
Maaf ceritanya kepanjangan.
Terima kasih giveawaynya... Semoga saya isa beruntung :)
Nama : Tiara Dwi
BalasHapusTwitter : @Takinchi
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/Takinchi/status/585668793977987072
Jawaban : Ada satu pengalaman ke dokter yang masih nggak tahu harus dikategorikan sebagai pengalaman yang bagaimana.
Jadi dulu banget pas kelas 7, aku sakit sebelum ujian semester. Sudah ke RS tapi sepertinya obat yang aku minum nggak ngasih pengaruh yang signifikan buat kesembuhan. 3 hari kemudian, aku dibawa ke dokter lain. Pak Dokter yang melihat keadaanku yang nggak jelas, diajak ngomong antara sadar dan enggak lalu memeriksa keadaanku. Disuntik, terus dikasih obat.
Demamnya turun, lemes juga udah nggak, tinggal pusingnya aja yang nggak mau hilang. Terus aku balik lagi ke Pak Dokter. Dikasih obat dengan dosis yang lebih tinggi.. Maksudnya biar cepet sembuh kali ya, aku juga nggak ngerti. Eh setelah semalem minum obat yang baru, malah tangan dan lenganku berubah jadi merah... Mirip orang habis dikerokin, tapi warna itu ngeblock di seluruh lengan dan tangan. Karena takut aku balik lagi ke Pak Dokter.. Ternyata itu kasus pecahnya pembuluh darah, reaksi karena nggak cocok sama obat terakhir yang diberikan Pak Dokter.
Akhirnya, setelah itu, aku jadi minum 2set obat, yang 1 untuk nyembuhin pusing, yang 1 lagi untuk ngobatin pembuluh darah yang pecah itu. Rasanya udah eneg banget keseringan minum obat. Bayangin 3 kali sehari, 1set obat jumlahnya 3-4 biji!! -.-
Dulu sempet takut jangan-jangan kenap penyakit parah apa gitu.. Tapi kalo dipikir-pikir sekarang, itu lucu juga. Dalam waktu kurang dari 2minggu bolak-balik ke dokter terus. Hihihi
Thanks untuk GA nya ya sissy.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Shiela Hartiningtyas
BalasHapusTwitter kamu : @ruth_shiela
Link share tentang GA ini : https://twitter.com/ruth_shiela/status/585374213768257536
Jawaban : Rasanya jika pengalaman dengan dokter, setiap hari aku mengalaminya. Karena aku bekerja di rumah sakit sebagai asisten apoteker, otomatis setiap hari aku selalu berurusan dengan obat. Obat berarti aku harus bertemu dengan banyak dokter. Aku merasa beruntung dengan pekerjaanku ini, karena dengan begitu aku jadi mengenal dan akrab dengan banyak dokter. Sehingga saat aku atau keluargaku berobat, dokter-dokter selalu memberikan potongan harga.(^_^)V
Selain itu tiap hari juga bisa cuci mata melihat banyak dokter ganteng yang bolak-balik ke farmasi. Tidak hanya sekedar masalah obat, namun farmasi juga sudah menjadi tempat curhat bagi banyak dokter. Yup, karena sudah akrab, banyak dokter yang berbagi cerita mengenai banyak hal kepada orang farmasi, termasuk kepada diriku. Asyik bgt pokoknya.
Ayo, barangkali ada temen-temen yang berminat bekerja di rumah sakit pula.^^
Nama: Isna Farhatina
BalasHapusID Twitter: @isnastarr
Link share: https://twitter.com/isnastarr/status/585808384982519808
Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku dan teman2 saat pergi ke dokter (tepatnya kerumah sakit sih) xD
Sehabis jam pelajaran olahraga, ada seorang temenku yang tangannya tertusuk paku berkarat*entah bagaimana ceritanya-_-* nah dia mengalami luka gak parah sih, tapi darahnya gak mau berhenti-berhenti. Pertolongan pertama kami obati dengan alat seadanya sebelum dilarikan ke UKS. Selang berapa jam, lukanya agak baikan. Aku sebagai seorang sahabat, merasa sangat khawatir karena bayangkan saja: itu paku berkarat! yang katanya, bisa menyebabkan infeksi u,u. Padahal si dia nya juga sudah merasa enakan, akunya saja yang parno. hahahah. Nah, setelah pulang sekolah, aku dan 2 orang temanku berniat melarikan dia kerumah sakit. berhubung si korban (re: teman aku yg tertusuk paku) gak bisa bawa motor saat pulang sekolah, jadilah dia aku bonceng. Kami (aku dan 2 temanku) langsung menuju ke rumah sakit terdekat dan check up ke ruang UGD xD seketika, si korban langsung panik saat dia menyadari ada sesuatu yg mencurigakan dari tingkah kami. hahahah. Resepsionis yg ada ditempat kejadian menawarkan paket pengobatan disertai kursi roda untuk mengangkut temanku itu *yaAllah :DDD*. Setelah itu, dia (korban paku) lari terbirit-birit meninggalkan kami yang masih tertawa terpingkal-pingkal menyadari niat usil ini. Tanpa meminta maaf pada resepsionis yg masih menganga kebingungan :D *jangan ditiru* absurd banget ihhh ;D
Nama: Nur Rachma
BalasHapushttps://twitter.com/lucerahma/status/585998028470820865
twitter: @lucerahma
Pengalaman saya ke dokter termasuk yg menyedihkan. Kebetulan saya jarang sakit dan belum pernah dirawat di RS. Saya cerita dulu sedikit awalnya. Saya adalah pendonor tetap di PMI pusat matraman jkt sejak usia 17th sampai 22thn. Pendonor tetap adalah org yg ngedonorin darahnya secara rutin 3-4bln sekali utk event kemanusiaan PMI. Suatu hari saya dpt surat, saat saya donor terakhir pd 2th yg lalu (skrng umur saya 25) saya dinyatakan positif terkena virus di darah. Hepatitis B aktif. Sejak saat itu otomatis saya pensiun jd pendonor tetap. Buntutnya. saya jd hrs mendatangi RS AL di benhil utk pertamakalinya dgn perasaan cemas. Bertemu dgn dokter ahli penyakit dalam. Di hari pertama kedatangan saya itu...saya langsung tdk di perbolehkan pulang krna harus rawat inap utk keesokan harinya general cek up dan endoscopy utk mengetahui sejauh mana virus itu sdh berkembang. Muka saya pucat. Ketakutan pasti. Selain ngak pernah nginep drmh sakit, dokter sudah bilang di awal akan ada proses panjang utk penyembuhan penyakit hepatitis B yg saya derita ini. Dan itu berlangsung msh berlangsung sampai sekarang.
Sekian cerita saya, sekalian doain saya ya biar cepet sembuh. bosen ga bisa krja dan minum obat. hehehe..salam kenal makasih sdh ngadain Giveaway Morning Breeze. Semoga saya beruntung dpt novelnya :)
Nama : Hary Gimulya
BalasHapusTwitter kamu : @angels_rutherfo
Link share tentang GA ini :
https://twitter.com/angels_rutherfo/status/586095988118458368
Jawaban : Terus terang imageku tentang dokter selama ini tidaklah begitu baik. Bagiku dokter itu tidak pernah bisa ramah terhadap pasiennya dan selalu seperlunya saja berbicara. Bukan tanpa alasan aku bisa memiliki anggapan seperti itu. Sejak kecil, setiap kali dibawa ke dokter, aku selalu bertemu dengan dokter yang seperti itu.
Itu sebabnya aku memiliki mindset seperti itu. Mindset itu membuatku malas untuk pergi berobat ke dokter. Jika tidak terpaksa sekali, aku tidak mau dibawa berobat ke dokter. Namun semuanya berubah ketika pada suatu hari aku terkena penyakit kulit.
Tubuh terasa gatal. Karena tidak tahu jenis penyakit apa itu, aku pun dibawa ke dokter oleh orangtuaku. Dari situ diketahui bahwa aku terkena penyakit herpes.
Yang tidak terduga adalah dokter yang dikunjungi oleh orangtuaku itu benar-benar ramah dan perhatian. Dia benar-benar memperhatikan kondisiku dengan detail.
Itu membuatku nyaman berobat ke dokter tersebut. Dan akhirnya dengan perawatan yang telaten, aku pun sembuh.
Sejak saat itu, dokter tsb pun menjadi dokter keluargaku. Setiap saat ada anggota keluarga yang sakit, orangtuaku membawanya berobat ke sana.
Hampir 10 tahun keluargaku berobat kesana dan tidak ada yang berubah dari pelayanan yang diberikan oleh sang dokter. Ia tetap ramah dan baik seperti pertama kali kami berobat kesana.
Namun menjelang tahun 11 kebersamaan kami dengan sang dokter, ia meninggal dunia karena sakit. Kami sekeluarga sangat sedih sekali dan turut berduka cita.
Selamat jalan dok, kami akan selalu mengenangmu. Terima kasih atas segala perhatian dan kebaikan yang telah engkau berikan kepada kami.
Semoga engkau beristirahat dengan tenang di surga. Amin.
Nama: Ananda Nur Fitriani
BalasHapusTwitter: @anandanf07
Link share: https://twitter.com/anandanf07/status/586248623710724097
Jujur. Aku itu paling males kalo udah sakit terus disuruh ke dokter. Padahal letaknya itu ga jauh jauh amat, lebih jauhan sekolah aku malahan. Tapi bawaannya itu selalu males kalo disuruh ke dokter. Lebih tepatnya, males ketemu dokternya sih. Bagi aku dokter itu pantesnya dijutekin, abisnya muka dia nya aja jutek 😒 jadi aku kalo ke rumah sakit gitu pasti mukanya jutek mulu. Nah, setelah lama aku ga pernah sakit parah, ada kejadian yang agak ngebuat aku trauma. Waktu itu pagi pagi, temen temen aku lagi pada nginep dirumah aku. Aku sama mereka mau jalan pagi ke depan perumahan. Mama ku udah ngelarang, tapi aku tetep mau pergi. Akhirnya aku sama temen temen ku pergi juga, semuanya berjalan lancar sampai kami ke belakang perumahan, daerah yang sepi dan agak seram karena banyak kebun. Dan, insiden yang 'biasa biasa aja tapi berarti pun terjadi'. Aku tiba tiba terjatuh, entahlah karena apa. Dan jatuhnya sangat parah *gausah diceritain lah ya kayanya, malu :'D* intinya aku jatuh dengan posisi muka jatuh terlebih dahulu, dan luka ku parah. Bibir ku berdarah seperti tersobek karena kena aspal, hidungku lecet, kacamata ku pun lecet. Dan yang paling bikin teringat itu gigiku langsung copot dari akarnya *kebayanglah kaya gimana* :'D aku ga ngerasain sakit, hanya terasa kebas disekitar mulut. Aku gabisa ngomong, dan yang aku tau darah ku mengalir sangat banyak. Akhirnya aku kembali ke rumah, namun orangtua ku tidak ada. Dan disinilah, keberuntungan terjadi. Dokter di gang depan rumahku itu melihatku, dia langsung mengajak ku masuk ke ruang praktek nya. Luka ku langsung dibersihkan dan rasanya *aw* sakit banget :'D aku masih belum sadar kalo gigi ku sudah copot. Hingga akhirnya orangtuaku datang dan terjadilah adegan mengharukan :'D saat aku sudah bisa bercermin, aku memperhatikan luka ku dan aku baru menyadari gigiku telah hilang satu. Benar benar hilang, bukan patah. Tidak ada tanda tanda bekas gigi ku disana. Lalu aku pun menangis. Dan dokter itu menawarkan bantuan untuk segera memasangkan ku gigi palsu dan behel setelah lukanya sembuh. Sungguh aku terharu. Dokter itu benar benar baik. Sejak saat itulah pandangan ku terhadap dokter berubah. Tapi bukan berarti jadi sering ke rumah sakit juga ya :p
Udah banyak yang ikutaaannn.. *ciut
BalasHapusDiriku nyemangatin aja dulu deh..
Gudlak buat GAnya..^^
Nama : Rany Dwi Tanti
BalasHapusTwitter kamu : @Rany_Dwi004
Link share : https://twitter.com/Rany_Dwi004/status/586481181564145664
https://plus.google.com/u/0/106257128287759908740/posts/Dg4KcBQ9f8X
https://www.facebook.com/raniee.oyama/posts/675054199295209
Jawaban : "Punya pengalaman apa sih saat periksa ke dokter?”
Bicara soal periksa ke dokter, saya memiliki banyak pengalaman. Maklum, waktu kecil saya sering sakit-sakitan. Hampir sebulan sekali harus ke dokter cuma buat ngecek kesehatan. Sebenarnya bukan dokternya yang menakutkan (biasanya dokter itu identic dengan kata menyeramkan atau menakutkan) malah menurut saya yang menakutkan itu kalau dokternya bawa jarum suntik. Pernah nih saking takutnya kalau-kalau nanti disuntik saya sampai lari keliling koridor rumah sakit biar nggak jadi diperiksa. Dan karena seringnya saya saya ke dokter waktu kecil, saya ngerasa jadi “overdosis” karena harus ngeliat dokter hampir satu bulan sekali dan mengunjungi rumah sakit yang identic dengan bau obat-obatan.
Karena dasarnya nggak suka minum obat, akhirnya setiap sakit selalu disuntik. Dan itupun harus melalui tahap kejar-kejaran ala Tom and Jerry dulu.
Pernah saking capeknya sakit-sakitan, saya tertekad buat sehat dan pengen jadi dokter (cita-cita mulia waktu kecil) Sejak hari itu saya berusaha untuk selalu olahraga dan menjaga pola makan biar nggak sakit-sakitan lagi. Meskipun beberapa kali saya masih harus mengunjungi rumah sakit.
Pegawai kesehatan yang menghadapi pasien dengan tulus. Pasien yang keluar dari rumah sakit dengan senyum. Sambil melihat mereka saya membakar semangat untuk bisa sembuh dan sehat.
Nama: Aya Murning
BalasHapusTwitter: @murniaya
Link share: https://twitter.com/murniaya/status/586488524808962048
Jawaban:
Saya butuh waktu belasan menit buat mengingat kejadian mengesankan apa yang pernah saya alamin waktu ke dokter. Maklum udah lama banget nggak pernah ke dokter ehehe.
Ya, dulu itu saya pernah ke dokter, bukan ke RS sih, melainkan ke tempat praktiknya aja yang di dekat rumah sinI. Dokternya sudah di atas 30 (atau mungkin udah 40). Ah, yang pasti dia udah punya istri & anak. Tapi beliau itu sungguh ramah dan always smile. Pasiennya banyak banget pokoknya nggak mungkin nggak ngantri kalo ke sana.
Waktu itu maag saya kambuh, nggak bisa lagi diobati dengan obat maag biasa karena makanan/minuman apa pun yang masuk ke mulut ujung-ujungnya termuntah lagi. Jadilah saya dianter papa check ke dokter itu sore-sore. Rame as always! Pas giliran saya masuk, papa nunggu di luar. Lalu saya lepasin jaket saya yang kemudian digantungin ke dinding oleh asistennya si dokter. Saya nggak nyangka ternyata diperiksanya pake alat yang mirip buat USG gitu juga, kali aja ada yang salah sama perut saya selain nyeri karena maag. Adih, malu juga perut saya jadi dibuka-buka >.< Tadinya ngira kalo tempat praktik yang minimalis gitu nggak ada alat begituan di dalamnya ._.
Setelah selesai periksa, saya turun dari ranjang dan nyari-nyari ke mana jaket saya. Ada digantung di dinding tapi tinggi banget mau ngambilnya. Maklumlah tubuh saya ini minimalis. Saya menggapai-gapai tapi nggak dapet. Si asisten lagi sibuk nyortir obat di lemari ujung, nggak ngelihat ke saya. Eh, tiba-tiba di belakang saya beliau udah berdiri buat ngambilin jaket saya. Bisa bayangin kan adegan kayak di sinetron banget itu.
Badan saya langsung kaku. Mau balik badan malu, nggak berani. Takut ke-gep muka merahnya. Haha.
"Nih jaketnya, dek."
"Iya... makasih, dok."
"Mana tangannya? Sini saya bantu pakein."
Baaaaaaaah, lemas lah badan saya saat itu jugaaa!
"Nggak usah, dok. Biar saya pake sendiri aja."
"Udah nggak apa-apa, dek. Kamunya masih lemas banget begitu."
Ya udah, saya pasrah, merentangkan tangan dengan malu-malu. Beliau memakaikan jaket ke saya kayak seorang bapak yang sayang banget sama anaknya. Aaawww~ itu pun saya tanpa berani natap muka si dokter. Dibilang ganteng sih nggak, tapi pembawaan dia yang ramah ituloh yang bikin awewe pada klepek-klepek. :D
Rini Cipta Rahayu
BalasHapus@rinicipta
https://twitter.com/RiniCipta/status/586555730544627712
Mbak, ikutan GA-nya yaa :D
Aku termasuk orang yang jarang ke dokter. Sangat bersyukur, tidak pernah menderita penyakit serius sehingga mengharuskan untuk pergi ke dokter. Bersyukur juga, dirumah ada yang ngerawat dengan baik, setidaknya bisa memberikan obat-obatan sebelum nggak enak badannya berubah jadi sakit beneran *pelukciumMama*
Baiklah..
Satu pengalaman pergi ke dokter yang pernah ku lakukan adalah ketika jempol kaki kiriku membengkak dan mengeluarkan nanah. Rasa nyeri yang tidak tertahankan setiap kena senggol dan tidak kunjung sembuh setelah dicoba untuk diobati berbulan-bulan membuat orang tuaku mengantarkan ke salah satu dokter bedah.
Seperti biasa, dokter bedah itu buka praktek diatas jam 6 sore, berusaha berangkat lebih awal dengan maksud mendapat nomor antrian lebih awal juga sia-sia saja kalau orang-orang sudah booking duluan dihari sebelumnya. Jadi terpaksa, aku menunggu giliran dengan perasaan gelisah karena tidak sabaran. Setelah menunggu 2 jam, akhirnya namaku dipanggil. Aku pikir giliranku akan ditikung oleh orang lain -_-
Dokter bedah berusia separuh baya itu menanyakan tentang kronologi kejadiannya, dan diperiksa keadaannya,"Saya toreh sedikit ya. Kalau tidak ditoreh, kukunya akan menekan terus jadi nggak bisa sembuh. Nanti saya bius, jadi sakit sedikit" kata beliau. Deg! Aku nggak punya pilihan lain selain pasrah.
Selanjutnya aku dibius lokal didaerah sekitar jempol kaki, sekitar 30 menit dilakukan bedah minor sehingga selama 1 mingguan jempolku dibalut perban dan jalan rada ngesot. Tapi, aku cukup puas dengan hasil kerja beliau, setelah itu kukunya tumbuh dengan baik dan tidak menekan jaringan di sekitar jempolnya sampai saat ini.
Nah, yang menjadi masalah adalah ketika jempol kaki kananku mengalami hal yang sama persis dengan yang terjadi di jempol kaki kiri. Aku berusaha mengikuti advide dokter ketika mengoperasi kaki kiriku, memberikan obat-obatan baik dioles maupun diminum tapi tetap saja bengkak itu nggak hilang bahkan makin parah tidak hanya di satu sisi tapi di dua sisi jempol kananku. Mau nggak mau, aku akhirnya setuju untuk pergi ke dokter itu lagi. Tapi ternyata, dokter itu sudah pindah dan tidak lagi buka praktek disana.
Beliau adalah dokter bedah satu-satunya yang berpraktek swasta, sehingga keesokan harinya aku datang ke puskesmas.Kuku kakiku dicabut karena keadaannya sudah parah. Sakitnya lebih parah daripada operasi pertama, perawat yang melakukan tindakan juga cukup ganas. Dan hasilnya pun, kurang memuaskan karena sampai saat ini sakitnya suka kambuh apalagi kalau kukunya terlambat dipotong.
Entah karena sugesti atau memang keadaan kakiku yang lebih parah dari kejadian sebelumnya, tapi aku merasa kalau kakiku ini ditangani oleh beliau, kemungkinan tidak akan sesakit dulu bahkan hingga dicabut bukan ditoreh/diangkat sebagian. Kemungkinan juga bisa bener-bener sembuh total bukan kambuhan begini :')